Pages

Jumat, 17 Februari 2012

PENDIDIKAN FAKTOR UTAMA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

PENDIDIKAN FAKTOR UTAMA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

            Tubuh yang hanya tersimpan kulit dan tulang itu dipaksanya untuk terus mengais sampah-sampah yang berserakan. Meski terik dari sinar mentari yang terang tak membuatnya gentar. Tekadnya yang kuat itu sering kali membuat kita tercengang. Itulah yang dilakukan Suntono(59), seorang lelaki tua yang tak sengaja menjadi pemulung. Sehari-harinya ia hanya memungut sampah-sampah yang sekiranya dapat ia daur ulang.
            Untuk mensiasati kehidupannya, keluarga Suntono juga membuka warung kecil-kecilan di depan rumahnya. Kemiskinan tidak hanya terjadi di daerah pedesaan saja. Namun, kemiskinan juga menyerang daerah perkotaan.
            Melihat kondisi yang demikian, dimana kesadaran pemerintah mengetahui hal tersebut? Kemiskinan merupakan permasalahn yang paling susah untuk diatasi. Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah yang besar dari pihak pemerintah yang terkait, karena kemiskinan makin lama kian menjadi permasalahn yang serius. Menurut data dari Badan Pusat Statistika (BPS) jumalah penduduk Indonesia yang tergolong miskin berkisar 30,02 juta jiwa. Sementara itu masih ada 27,12 juta jiwa lagi yang nyaris miskin. Jadi ada sejumlah 57,14 juta jiwa penduduk Indonesia, atau hampir seperempat dari 241 juta jiwa penduduk Indonesia, hidup ‘megap-megap’ secara ekonomi di negeri yang amat makmur sumber daya alamnya ini. Tentu angka tersebut bukanlah angka yang kecil.
            Menurut Riset Standard Chartered Bank, jumlah orang mapan di Indonesia atau yang berpenghasilan Rp240-500 juta per tahun mencapai 4 juta orang. Jumlah ini menempati urutan ketiga negara di Asia (kecuali Jepang) setelah China dan India. Lihat di bawah ini:
Jumlah orang kaya di Asia secara berurutan:
1. China                       : 23,3 juta jiwa
2. India                        : 5,2 juta jiwa
3. Indonesia                 : 4,0 juta jiwa
4. Korea                     : 3,2 juta jiwa
5. Taiwan                    : 1,8 juta jiwa
6. Malaysia                 : 1,6 juta jiwa
7. Hong Kong             : 1,2 juta jiwa
8. Singapore               : 700 ribu jiwa
            Sebagai negara yang bisa dikatakan memiliki orang-orang kalangan elit, pantaskah jika di Indonesia masih banyak terdapat masyarakatnya yang hidup, seharusnya kita malu dengan keadaan kita yang sekarang ini.
            Haruskah kita hanya berdiam diri ketika melihat keadaan yang seperti ini?? Peningkatan pendidikan mungkin akan menjadi salah satu upaya untuk memberantas masalah kemiskinan. Tapi hal tersebt memerlukan banyak biaya, tidak cukup hanya dengan menelan ludah. Selain masalah biaya, dibutuhkan pula kesadaran dari indifidu itu sendiri. Bahkan hal itu menjadi permasalahan utamanya. Jikalau mereka bisa menyadari akan hal itu, maka anak-anak indonesia haus akan ilmu. Saat ini pendidikan tidak hanya di butuhkan dari golongan orang kaya. Pendidikan merupakan hal mutlak yang harus di tempuh oleh generasi penerus bangsa.
            Untuk menyaring masyarakat dari kemiskinan, pemerintah perlu mengambil kebijakan yang strategis dan dapat mencakup semua kalangan, terutama kalangan orang miskin. Meskipun persoalan kemiskinan tidak pernah benar-benar selesai, tetapi diharapkan pemerintah terus mengusahakan dan memberantas kemiskinan.
            Masalah kemiskinan pada hakikatnya terletak pada diri kita sendiri, begitu pula dengan apa itu yang di sebut dengan kekayaan. Kaya tidaknya kita tergantung bagaimana kita bisa mensiasati kehidupan kita. Dengan demikian, di butuhkan tekad dan semangat yang tak pernah gentar untuk terus maju.

0 komentar:

Posting Komentar