Pages

Senin, 20 Februari 2012

DIMANA MINAT BELAJAR???
Potret sekolah yang rusak



                Sejak zaman kolonial, kata pendidikan seperti halnya emas. Karena, di zaman itu tingkat pendidikan orang Indonesia sangat minim, yang bisa menikmati pendidikan hanyalah kalangan tertentu yang mempunyai kekuasaan saat itu. Nampaknya kita patut bersyukur karena ada seseorang yang bisa memperjuangkan pendidikan rakyat-rakyat kecil terutama wanita, beliau adalah R.A Kartini. Berkat jerih payahnya, sekarang wanita-wanita dapat menikmati pendidikan tanpa ada diskriminasi. Selain R.A Kartini  masih banyak tokoh-tokoh yang berjuang dalam bidang pendidikan. Sebut saja Ki Hajar Dewantara, beliau merupakan bapak pendidikan Indonesia. Beliau memiliki tiga konsep pendidikanyang sangat terkenal yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Dan Tut Wuri Handayani  Yang Berarti Didepan Memberi Contoh, Di Tengah Meberi Semangat, dan Di Belakang Memberi Dorongan.
                Namun kini, sepertinya terjadi keterbalikan. Jika dulu minim pendidikan tapi sekarang minimnya semangat untuk memperoleh pendidikan, terbukti banyak anak-anak  jalanan di kota-kota besar yang lebih memili untuk berhenti bersekolah karena keterbatasan biaya. Tercatat ada sejumlah 230 ribu anak-anak jalanan yang seharusnya mereka memakai seragam dan duduk mendengarkan guru, bukan memakai sandal jepit dan membawa ukulele untuk sekedar mengamen di jalan-jalan. Keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan dan kesadaran orang tua untuk memberikan pendidikan pada anaknya sangat rendah sehingga pendidikan sering terabaikan. Hal itu, tampaknya tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tapi di desa pedalamanpun terjadi, minimnya ekonomi, fasilitas sekolah dan tidak adanya ketersediaan sekolah di desa menjadikan penduduk desa buta akan pendidikan. Sepertinya uanglah yang lebih penting untuk di cari. Sekarang ini masih ada sekitar 110 Ribu Ruang Kelas SD Kondisinya Rusak Berat. Sekolah di desa yang sama seperti halnya di kota-kota, anak mereka menjadi salah satu korban yang tidak bisa mengenyam bangku pendidikan.
                Seharusnya, pemerintah harus bisa meningkatkan minat atau semangat untuk berpendidikan. Untuk saat ini, pemerintah sudah memberika fasilitas yang terbaik untuk warga Negara, terbukti dengan adanya dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang di peruntukan untuk membantu siswa-siswi yang kurang mampu.  Tetapi untuk apa???  kalau sudah di sediakan BOS tapi tidak ada minat untuk belajar. Selama kondisi seperti itu bisa di pastikan hasilnya nol besar. Artinya apa? Semua progam yang tersusun akan sia-sia tanpa adanya dukungan dari semua lapisan masyarakat.
                Sebagai kader penerus bangsa hendaknya kitra senantiasa untuk berperan aktif dalam proses pendidikan, sehingga Indonesia terbebas dari kebodohan.
Baca Selengkapnya.... -

Minggu, 19 Februari 2012

RAKYAT KECIL VS PEJABAT


RAKYAT KECIL VS PEJABAT

Pemenuhan kebutuhan menjadi tanggung jawab semua individu. Lalu, bagaimana dengan rakyat-rakyat kecil? Ada beberapa perbedaan yang mencolok terkait antara rakyat kecil dengan orang yang memiliki kedudukan. Sebagai contoh sebut saja Banggar DPR. Satu kursi ruang pimpinan Banggar DPR dianggar sebesar Rp. 12 juta, sedang rakyat-rakyat kecil memakai dingklik kayupun sudah merasa bersyukur.
Perbedaan-perbedaan itu terkadang menjadi tolok ukur diantara keduanya. Kemiskinan menjadi hal unik tersendiri yang tidak boleh kita lupakan, bahkan kemiskinan sangat sulit untuk kita usir dari kehidupan masyarakat kita. Indonesia yang menjadi negara kita saat ini memiliki jutaan penduduknya yang hidup dalam lingkaran kemiskinan, tentunya mereka membutuhkan bantuan.
Dalam memberantas kemiskinan pemerintah belum bisa disebut berhasil. Hal tersebut dapat kita lihat dengan realitas yang ada. Permasalahan kemiskinan menjadi suatu hal yang tersulit untuk diselesaikan oleh pemerintah, melihat hal itu kita seringkali bertanya-tanya.
Kebijakan pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi hal menarik yang sering di perbincangkan oleh kalangan masyarakat. Pembentukan lembaga tersebut bertujuan untuk mengurangi kejahatan korupsi yang kian lama menggeregoti uang rakyatkecil. Memang  manusia selalu merencanakan tapi Tuhan belum tentu mengabulkan. Hal itu juga dialami oleh lembaga yang disebut KPK. Sebagai lembaga yang diharapkan dapat mengurangi korupsi pada kenyataannya banyak dari petinggi-petinggi KPK yang tersandung kasus pidana.  Apalagi setelah mencuaknya kasus korupsi yang menimpa Pimpinan KPK itu sendiri. Antari Azhar adalah mantan ketua KPK yang di copot dari kursi kepemimpinannya karena terjerat kasus korupsi, meskipun pada awal dipilihnya banyak menimbulkan kontroversi tapi lelaki yang telah berusia 58 tahun ini ditetapkan sebagai ketua KPK setelah mengalahkan calon yang lainnya. Dia merupakan salah satu contoh oknum pejabat yang tersandung kasus korupsi. Sebenarnya, masih banyak kasus-kasus korupsi yang lainnya, sebut saja Gayus Tambunan, Nazaruddin dan lain-lain. seharusnya mereka malu dengan perbuatan yang mereka lakukan, tapi realitas yang ada mereka merasa bangga dengan apa yang mereka perbuat. Perbuatan mereka sungguh mencoreng nama dari instansi yang mereka duduki. Tentunya dengan munculnya kasus tersebut membuat banyak kalangan masyarakat kecil menjadi marah, pasalnya kasus yang umumnya bisa di katakan sebagai kasus besar hanya mendapatkan hukuman yang ringan, hal itu bertolak belakang dengan kasus yang dialami oleh seorang ibu yang harus mendekam di jeruji besi hanya karena mengambil beberapa buah kapas yang berjatuan di tanah. Mungkinkah rakyat kecil akan selalu di tindas? Sebagai negara hukum Indonesia seharusnya lebih memperhatikan hal-hal yang sepele tersebut. Rakyat kecilpun juga memiliki hak untuk memperoleh keadilan di mata hukum. Peristiwa-peristiwa yang terjadi telah membuat banyak lapisan masyarakat kecewa dengan aparat penegak hukum.
Demi kemajuan bangsa, seharusnya kita bisa kembali melihat dasar negara kita, sehingga tidak ada lagi namanya diskriminasi, bagi kalangan masyarakat kecil. Sehingga kehidupan masyarakat kecil lebih bisa diperhatikan lagi.


Baca Selengkapnya.... - RAKYAT KECIL VS PEJABAT

Jumat, 17 Februari 2012

PENDIDIKAN FAKTOR UTAMA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

PENDIDIKAN FAKTOR UTAMA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

            Tubuh yang hanya tersimpan kulit dan tulang itu dipaksanya untuk terus mengais sampah-sampah yang berserakan. Meski terik dari sinar mentari yang terang tak membuatnya gentar. Tekadnya yang kuat itu sering kali membuat kita tercengang. Itulah yang dilakukan Suntono(59), seorang lelaki tua yang tak sengaja menjadi pemulung. Sehari-harinya ia hanya memungut sampah-sampah yang sekiranya dapat ia daur ulang.
            Untuk mensiasati kehidupannya, keluarga Suntono juga membuka warung kecil-kecilan di depan rumahnya. Kemiskinan tidak hanya terjadi di daerah pedesaan saja. Namun, kemiskinan juga menyerang daerah perkotaan.
            Melihat kondisi yang demikian, dimana kesadaran pemerintah mengetahui hal tersebut? Kemiskinan merupakan permasalahn yang paling susah untuk diatasi. Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah yang besar dari pihak pemerintah yang terkait, karena kemiskinan makin lama kian menjadi permasalahn yang serius. Menurut data dari Badan Pusat Statistika (BPS) jumalah penduduk Indonesia yang tergolong miskin berkisar 30,02 juta jiwa. Sementara itu masih ada 27,12 juta jiwa lagi yang nyaris miskin. Jadi ada sejumlah 57,14 juta jiwa penduduk Indonesia, atau hampir seperempat dari 241 juta jiwa penduduk Indonesia, hidup ‘megap-megap’ secara ekonomi di negeri yang amat makmur sumber daya alamnya ini. Tentu angka tersebut bukanlah angka yang kecil.
            Menurut Riset Standard Chartered Bank, jumlah orang mapan di Indonesia atau yang berpenghasilan Rp240-500 juta per tahun mencapai 4 juta orang. Jumlah ini menempati urutan ketiga negara di Asia (kecuali Jepang) setelah China dan India. Lihat di bawah ini:
Jumlah orang kaya di Asia secara berurutan:
1. China                       : 23,3 juta jiwa
2. India                        : 5,2 juta jiwa
3. Indonesia                 : 4,0 juta jiwa
4. Korea                     : 3,2 juta jiwa
5. Taiwan                    : 1,8 juta jiwa
6. Malaysia                 : 1,6 juta jiwa
7. Hong Kong             : 1,2 juta jiwa
8. Singapore               : 700 ribu jiwa
            Sebagai negara yang bisa dikatakan memiliki orang-orang kalangan elit, pantaskah jika di Indonesia masih banyak terdapat masyarakatnya yang hidup, seharusnya kita malu dengan keadaan kita yang sekarang ini.
            Haruskah kita hanya berdiam diri ketika melihat keadaan yang seperti ini?? Peningkatan pendidikan mungkin akan menjadi salah satu upaya untuk memberantas masalah kemiskinan. Tapi hal tersebt memerlukan banyak biaya, tidak cukup hanya dengan menelan ludah. Selain masalah biaya, dibutuhkan pula kesadaran dari indifidu itu sendiri. Bahkan hal itu menjadi permasalahan utamanya. Jikalau mereka bisa menyadari akan hal itu, maka anak-anak indonesia haus akan ilmu. Saat ini pendidikan tidak hanya di butuhkan dari golongan orang kaya. Pendidikan merupakan hal mutlak yang harus di tempuh oleh generasi penerus bangsa.
            Untuk menyaring masyarakat dari kemiskinan, pemerintah perlu mengambil kebijakan yang strategis dan dapat mencakup semua kalangan, terutama kalangan orang miskin. Meskipun persoalan kemiskinan tidak pernah benar-benar selesai, tetapi diharapkan pemerintah terus mengusahakan dan memberantas kemiskinan.
            Masalah kemiskinan pada hakikatnya terletak pada diri kita sendiri, begitu pula dengan apa itu yang di sebut dengan kekayaan. Kaya tidaknya kita tergantung bagaimana kita bisa mensiasati kehidupan kita. Dengan demikian, di butuhkan tekad dan semangat yang tak pernah gentar untuk terus maju.
Baca Selengkapnya.... - PENDIDIKAN FAKTOR UTAMA PEMBERANTASAN KEMISKINAN